Senin, 15 Februari 2016

analisis laporan keuangan PT Kalbe Farma Tbk. berdasarkan rasio tahun 2012 2013 2014



MAKALAH
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT KALBE FARMA Tbk.


Disusun oleh :
Arsi Rismaya (134020131)
Kiki Rusyanti (134020133)
Cahya Mulyawati (134020134)
Adhynda Puspita APS (134020149)
Yuni Safitri (134020152)


Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung
2015

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah ..................................................................................  1
B.     Tujuan ................................................................................................................  2
C.     Manfaat .............................................................................................................  2
D.    Rumusan Masalah ............................................................................................  2
BAB II KAJIAN TEORITIS ..................................................................  3
A.    PT Kalbe Farma Tbk........................................................................................   3
1.      Sejarah dan Perkembangan PT Kalbe Farma Tbk. ................................    3
2.      Visi dan Misi ...............................................................................................  5
3.      Jenis Obat yang diproduksi ........................................................................  6
4.      Divisi............................................................................................................   7
B.     Metode Analisis.................................................................................................. 8
1.      Year to Year Change Analysis.....................................................................  8
2.      Commonsize Analysis..................................................................................   8
3.      Index-Number Trend Analysis....................................................................  10
4.      Rasio……………........................................................................................  10
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................  18
A.    Rasio Likuiditas ................................................................................................  18
1.      Current Ratio ..............................................................................................  18
2.      Quick Acid Ratio .........................................................................................  18
B.     Rasio Solvabilitas..............................................................................................   19
1.      Debt Ratio ....................................................................................................  19
2.      Debt to Equity Ratio ....................................................................................  20
C.     Rasio Aktivitas ..................................................................................................  20
1.      Inventory Turn Over ....................................................................................  20
2.      Average Days Inventory .............................................................................  21
D.     Rasio Profitabilitas ...........................................................................................  22
1.      Gross Profit Margin ....................................................................................  22
2.      Operating Profit Margin .............................................................................  22
3.      Net Profit Margin ........................................................................................  23
4.      Total Assets Turn Over ...............................................................................  24
5.      Return on Investment ..................................................................................  24
6.      Return on Equity ..........................................................................................  25
BAB IV PENUTUPAN .........................................................................................................  26
LAMPIRAN ..........................................................................................................................  27
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Analisi laporan keuangan adalah suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen yaitu:
1.      Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya.
2.      Pemilik menginginkan usaha yang dijalankan tidak hanya untuk satu periode kegiatan saja.
3.      Perusahaan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum.
4.      Usaha yang dijalankan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan maupun dilingkungan luar perusahaan.

Agar tujuan tersebut dapat dicapai, manajemen perusahaan harus mampu membuat perencanaan yang tepat dan akurat, pelaksanaan di lapangan dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan rencana yang telah disusun, manajemen harus mampu mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha yang dijalankannya apabila terjadi penyimpangan. Agar usaha yang dijalankan dapat dipantau perkembangannya, setiap perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan dan laporan terhadap semua kegiatan usahanya. Catatan, pembukuan, dan laporan dibuat baik dalam suatu periode tertentu.

Pemilik dan manajemen harus mengetahui berapa uang yang keluar dan masuk ke perusahaan dalam suatu periode tertentu dan perincian penggunaan. Catatan keuangan selama periode tertentu dibuat dalam bentuk laporan keuangan. Untuk mampu membaca, mengerti dan memahami arti laporan keuangan, perlu dianalisis terlbeih dahulu dengan berbagai alat analisis yang biasa digunakan. Dengan menggunakan alat analisis ini dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan keuangan dan kemajuan perusahaan.
B.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menganalis laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

C.     Manfaat
Memberikan informasi tentang perkembangan PT Kalbe Farma Tbk. kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditor, investor, calon investor, dan masyarakat lainnya yang ingin mengetahui informasi perusahaan.

D.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana analisis rasio likuiditas?
2.      Bagaimana analisis rasio solvabilitas?
3.      Bagaimana analisis rasio aktivitas?
4.      Bagaimana analisis rasio profitabilitas?



BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.    PT Kalbe Farma Tbk.
1.      Sejarah dan Perkembangan PT Kalbe Farma Tbk.
PT. Kalbe Farma merupakan salah satu industri farmasi di Indonesia didirikan pada tanggal 10 September 1966 oleh Dr. B. Setiawan yang kemudian mengambil gelar Ph.D. di bidang farmakologi. Keinginannya untuk mendirikan perusahaan ini didorong oleh rasa ingin ikut mengambil bagian dalam pembanguna nasional, terutama dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pelayanan pengobatan yang baik.
Perusahaan yang didirikannya, pertama kali berdiri di Jl. Simpang 1/1 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Aktivitas produksinya baru dimulai pada tahun 1967 dengan produksi yang terbatas hanya pada jenis obat sirup. Seiring dengan perkembangan tersebut, ternyata lokasi yang terletak di Tanjung Priok tidak mungkin lagi untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut. Maka pada tahun 1970 pusat kegiatan dipindahkan ke lokasi yang baru di Jl. Ahmad Yani, yaitu di kawasan Pulo Mas, Jakarta Timur. Pada tahun 1974 jaringan PT. Kalbe Farma telah menguasai pasar di seluruh wilayah Indonesia dengan kekuatan penjualan produk PT. Kalbe Farma.
Pada pertengahan tahun 1997, PT. Kalbe Farma berpindah lokasi di kawasan Industri Delta Silikon, Jl. M.H Thamrin Blok A3-1 Lippo Cikarang, Bekasi 17550 dengan PO BOX 371 Bekasi 17073, Indonesia No. Telepon (021) 89907333-37 dan Faks (021) 8972874. PT. Kalbe Farma juga mempunyai website dengan alamat http : //www.kalbe.co.id atau www.kalbefarma.com.
Pabrik baru PT. Kalbe Farma Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2 dengan luas bangunan sekitar 41.027 m2 dibagi menjadi sarana produksi yang terdiri dari gedung kantor, gedung produksi dan teknik, gudang dan sarana pendukung lain seperti tempat pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, kantin dan city water.
Pada tanggal 15 Agustus 1974, PT. Kalbe Farma memperoleh status Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) atau perusahaan yang menanamkan modal untuk kemajuan industri, sesuai dengan keputusan The Investment CoordinationBoard No. 352/4/BKPM/74/PMDN. Pada Tahun 1974 PT. Kalbe Farma mendirikan gedung perkantoran, kemudian pada tahun 1978 didirikan gedung SPNS (Solid Product Non Steril). Gedung ini bertingkat tiga, baru pada tahun 1985 dilakukan rekontruksi menjadi bertingkat enam.
Sebagian besar kegiatan berlangsung di bagian R&D, QA, PPIC dan produksi. Pada tahun 1988 mulailah dikembangkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang harus diterapkan oleh seluruh industri farmasi di Indonesia, sejalan dengan dikeluarkannya Surat Menteri Kesehatan RI No. 43/MENKES/SKII/1988. Oleh karena itu, dalam rangka penerapan CPOB serta untuk meningkatkan kapasitas produksi sebanyak tiga kali lipat, sejak tahun 1994 dibangun suatu plant baru di daerah kompleks industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat sesuai dengan progam pemerintah. Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001. Hingga kini PT. Kalbe Farma telah melakukan upgrade dan memperoleh pengakuan ISO 9001 versi tahun 2000 yang lebih menekankan pada kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dan perbaikan yang berkesinambungan. Dalam rangka peningkatan standar kualitas secara keseluruhan, pada bulan Oktober tahun 2004 PT. Kalbe Farma akan mulai menerapkan integrated system untuk memenuhi persyaratan ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001.
Hingga saat ini, PT. Kalbe Farma tetap merupakan produsen terbesar di pasaran dalam negeri, baik untuk produk Ethical (obat dengan resep dokter) maupun produk OTC (Over The Counter). Selain melayani pasar dalam negeri, sejak tahun 1988 produk-produk dari PT. Kalbe Farma sudah diekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Srilanka, Nigeria, Myanmar dan lain lain.
Selain itu juga terdapat dasar-dasar dari Kalbe Farma yang disebut sebagai Kalbe Panca Srhada, yaitu :
a.       Trust is the glue of life (Kepercayaan adalah perekat di antara kami)
b.      Mindfullness is the foundation of our action (Kesadaran penuh adalah dasar dari setiap tindakan kami)
c.        Innovation is the key to our success (Inovasi adalah kunci dari keberhasilan kami)
d.      Strive to be the best (Bertekad menjadi yang terbaik)
e.       Interconnectedness is universal a way of our life (Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami)
Seiring dengan  pengembangan zaman, pada saat ini PT. Kalbe Farma telah mendapatkan ISO 9001 sebagai wujud nyata terhadap pengendalian dan pengawasan mutu produk yang dihasilkan. Di samping itu PT. Kalbe Farma Tbk. Telah menggalakan suatu program manajemen yang diberlakukan kepada segenap sumber daya manusianya yang bertujuan untuk mengarahkan sumber daya manusia tersebut kepada pelayanan yang berbasis pada keunggulan mutu dan kepuasan pelanggan, guna tetap mengukuhkan kedudukan dan tetap mengeksiskan PT. Kalbe Farma Tbk di tengah persaingan dalam dunia farmasi saat ini.
Hingga saat ini produk Kalbe farma yang telah beredar di pasaran mencapai kurang lebih 300 macam produk, diantaranya menghasilkan produk under licensed yang merupakan hasil kerjasama dengan berbagai produsen yang ada di luar negeri,  diantaranya :
a.       Daiichi (Jepang) untuk Cravit tablet dan injeksi, dan sebagainya
b.      Schering (USA) untuk Lesidas dan sebagainya
Agar produksi berjalan, maka produk yang dihasilkan harus didukung oleh sistem distribusi pemasaran yang baik dan tersebar luas. Untuk menunjang kelancaran produksi dan distribusi ini, PT. Kalbe Farma mempunyai distributor tunggal yaitu PT. Enseval Putra Magatranding yang mempunyai beberapa cabang yang tersebar luas di Indonesia yaitu : Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Denpasar, Medan, Padang, Palembang, Manado, Banjarmasin, Samarinda, Ujung Pandang, dan lain-lain.

2.      Visi dan Misi
Kalbe Farma mempunyai visi dan misi untuk tetap memproduksi produk-produk kesehatan yang menjadi dan menjangkau permintaan pasar secara menyeluruh demi memenuhi kebutuhan beragam konsumen tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga internasional (untuk ekspor). Kesuksesan yang berlanjut akan membantu pemegang saham dan masyarakat untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Misi dari Kalbe Farna yaitu “To Improve Health For A Better Life”. Sedangkan Visi Kalbe Farma yaitu “To Be The Best Indonesian Health Care Company, Driven By Innovation, Strong Brands And Excellent Management”.

3.      Jenis Obat yang Diproduksi
PT Kalbe Farma Tbk. juga berhasil memposisikan merek produknya menjadi brand leader pada masing-masing kategori terapi dan segmen industri di Indoensia serta luar negeri. Produk-produk andalannya dalam industri ini meliputi Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss.
Berbagai macam jenis obat yang diproduksi di PT. Kalbe Farma Tbk., berikut ini beberapa jenis obat yang diproduksi :
a.       Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu unit dosis lazim dengan suatu macam bahan aktif atau lebih tergantung tujuan yang ingin dicapai. Tablet bisa berbentuk bulat, datar, atau bikonvek yang dibuat dengan pengompresan zat aktif atau campuran zat aktif dengan atau tanpa bahan pengisi/tambahan.
b.      Tablet salut
Tablet salut adalah tablet yang dilapisi oleh suatu zat penyalut, dengan berbagai alasan misalnya saja untuk meningkatkan stabilitas obat, menutupi rasa obat yang tidak enak, menghindaari penguapan zat atau bahan dalam tablet, memperbaiki penampilan tablet, merupakan identifikasi dari produk psbrik obst tertentu.
c.       Cream
Cream adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut  atau terdispersi dalam larutan yang sesuai.
d.      Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang, keras  atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
e.       Injeksi/Ampul
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang.
f.       Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat.

4.      Divisi
Grup Kalbe menangani beberapa portofolio merek untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu:
a.       SBU Pharmaceutical (divisi obat resep (kontribusi 25%))
1)       PT Kalbe Farma Tbk
2)       PT Hexpharm Jaya
3)       PT Dankos Farma
4)       PT Finusolprima
5)       Kalbe Vision Private Limited (Pte., Ltd.)
6)       Innogene Kalbiotech Pte., Ltd
b.      SBU Consumer Health (divisi produk kesehatan (kontribusi 17%))
1)       Kalbe OTC
2)       PT Bintang Toedjoe
3)       PT SakaFarma Lab.
4)       PT Hale International
5)       Kalbe International Pte., Ltd
c.       SBU Nutritionals (divisi nutrisi (kontribusi 22%))
1)       PT Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals)
2)       PT Kalbe Morinaga Indonesia
d.      SBU Distribution & Logistik (divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%))
1)       PT Enseval Putra Megatrading. Tbk
2)       PT Enseval Medika Prima
3)       PT Milenia Dharma Insani
Selain di Indonesia, Kalbe memiliki 10 cabang di luar negeri yaitu negara-negara ASEAN (Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar), Srilanka, Nigeria, dan Afrika Selatan.

B.     Metode Analisis
1.      Year to Year Change Analysis
Pada year-to-year change analysis, analis ini menggunakan data pada periode pendek, dua atau tiga tahun. Keuntungan metode ini adalah kemudahan untuk mengelola dan memahami data (manageable and understandable). Analisis pendekatan year to year change analysis termasuk ke dalam analisis komparatif atau comparative financial statement analysis bersama dengan index-number trend analysis.
 Pada comparative financial statement analysis, analis keuangan menggunakan data balance sheet, income statement, dan cash flow statement dari beberapa periode. Umumnya metode ini digunakan untuk mengetahui individual account balance dari waktu ke waktu. Hasil analisis dengan metode komparatif ini berupa trend. Perbandingan data keuangan tersebut akan menunjukkan arah, kecepatan, dan lama terjadinya trend keuangan. Misalnya, analis ingin mengetahui peningkatan piutang dari waktu ke waktu.

2.      Commonsize Analysis
Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama.
Tujuan analisis common-size adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
a.       Komposisi dan proporsi investasi pada setiap jenis aktiva.
b.      Struktur modal dan pendanaan.
c.       Distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.
Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca menganalisis laporan keuangan dengan memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Persentase per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
a.       Elemen2 Aktiva = Elemen ybs / Total Aktiva
b.      Elemen2 Pasiva = Elemen ybs / Total Pasiva
c.       Elemen2 Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan
Laporan dengan persentase per komponen menunjukan persentase dari total aktiva yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan dengan persentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah investasi kita dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku (over investment) atau justru masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal, jadi menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva tersebut. Study tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga/diketahui berapa besarnya margin of safety yang dimiliki oleh para kreditur.
Persentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan persentase per komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat jika dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan secara pasti adanya perubahan dalam data absolut.
Laporan dalam persentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba, menunjukan jumlah atau persentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap - tiap individu biaya dan persentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena itu Common Size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak digunakan.
Dalam laporan persentase per komponen (Common Size statement) semua komponen atau pos dihitung persentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan atau menaikan mutu atau kualitas data maka masing-masing pos atau komponen tersebut tidak hanya persentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung persentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan persentasenya terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.

3.      Index-Number Trend Analysis
Pada index-number trend analysis, analis melakukan perbandingan trend dalam jangka panjang. Pada metode ini, analis perlu menentukan periode dasar (basis period) bagi seluruh item account yang diperbandingkan dan menetapkan angka 100 sebagai dasar perhitungan. Untuk itu, penentuan periode dasar harus mempertimbangkan kondisi bisnis, apakah normal atau abnormal. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal.

4.      Rasio
1.      Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
a.      Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Current Ratio =  Current Assets
                            Current Liabilities




b.      Quick Acid Ratio
Quick acid ratio adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima.
Persediaan barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva lancar, karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi kas.
Quick acid ratio dapat dihitung dengan formula:
Quick Acid Ratio = Current Assets-Inventory
                                      Current Liabilities
 
2.      Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
a.       Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Debt Ratio  =  Total Liabilities
                           Total Assets
 
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.


b.      Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi  dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
Debt to Equity Ratio  = Total Liabilities
                                           Total Equity
 
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal  maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

3.      Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
a.      Inventory Turn Over
Perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali dalam suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya. Perusahaan-perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk menilai kemampuan mereka dalam menghadapi persaingan, merencanakan laba usaha, dan secara umum mengetahui seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan perusahaan mereka.
Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus :
            Inventory Turn Over  = Cost of Goods Sold
                                                    Average Inventory
b.      Average days inventory
Average days inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
Average days inventory  =  Average Inventory x 360
                                               Cost of Goods Sold

4.      Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
a.       Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:
Gross Profit Margin =  Net Sales - Cost of Goods Sold
                                                        Sales

b.      Operating Profit Margin 
Operating profit margin ialah perbandingan antara laba usaha dan juga penjualan. Operating profit margin adalah rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut dengan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Syamsuddin, 2009.
Operating Profit Margin dihitung dengan formula:
Operating Profit Margin  = Operating Profit
                                                     Sales
 
c.       Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung dengan rumus:
Net Profit Margin  = Net Profit after Tax
                                         Sales
         
d.      Total Assets Turn Over
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover ratio merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont.
Total Assets Turn Over dapat dihitung dengan rumus:
Total Assets Turn Over  =      Sales      
                                           Total Assets

e.       Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment dihitung dengan rumus:
Return on Investment  = Earning after Tax
                                               Total Assets

f.       Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah  rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).  ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:
Return on Equity = Earning after tax
                                 Stokeholder Equity




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Rasio Likuiditas
1.      Current Ratio
Tahun 2012 = 340,54%
CR = 3,4:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.

Tahun 2013 = 283,93%
CR = 2,8:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 2,8 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 2,8 aset lancar.

Tahun 2014 = 340,36%
CR = 3,4:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.

Current ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 56,61%  dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 56,43%.  Penurunan di tahun 2013 dipengaruhi oleh penurunan kas dan setara kas sekitar 23,29% dan kenaikan hutang bank sebesar 185,83%. Kenaikan 2014 dipengaruhi oleh kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82%, penurunan hutang bank sebesar 56,85% dan terlihat penurunan pada total liabilitas jangka pendek sebesar 9,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

2.      Quick Acid Ratio
Tahun 2012 = 228,71%
QR = 2,3:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atatu Current Assets minimum persediaan adalah 2,3 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 2,3 Quick Assets.

Tahun 2013 = 168,29%
QR = 1,7:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah 1,7 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 1,7 Quick Assets.

Tahun 2014 = 210,83%
QR = 2,1:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah 2,1 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 2,1 Quick Assets.

Quick acid ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 60,42% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 42,54%. Penurunan di tahun 2013 dipengaruhi karena besarnya kenaikan persediaan sebesar 44,34%. Kenaikan di tahun 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya kenaikan persediaan sebesar 1,21% dan besarnya kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

B.     Rasio Solvabilitas
1.      Debt Ratio
Tahun 2012 = 21,73%
DR = 0,22 berarti bahwa jumlah hutang 0,22 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 21,73% dari modal kreditur.

Tahun 2013 = 24,88%
DR = 0,25 berarti bahwa jumlah hutang 0,25 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 24,88% dari modal kreditur.

Tahun 2014 = 20,99%
DR = 0,21 berarti bahwa jumlah hutang 0,21 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 20,99% dari modal kreditur.

Debt ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 3,15% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 3,89%. Kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan total hutang yang cukup tinggi sebesar 37,57% yang terbesar bersumber dari kenaikan hutang bank yaitu 185,83%. Penurunan di tahun 2014 dipengaruhi oleh penurunan total hutang sebesar 7,37% terlihat pada penurunan hutang bank yang signifikan sebesar 56,85% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

2.      Debt to Equity Ratio
Tahun 2012 = 27,76%
DER = 0,28 berarti bahwa jumlah hutang 0,28 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 27,76% dari modal sendiri.

Tahun 2013 = 33,12%                                        
DER = 0,33 berarti bahwa jumlah hutang 0,33 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 33,12% dari modal sendiri.

Tahun 2014 = 26,56%
DER = 0,27 berarti bahwa jumlah hutang 0,27 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 26,56% dari modal sendiri.

Debt to Equity Ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 5,36% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 6,56%. Kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan total ekuitas sebesar 15,31% yang bersumber terbesar dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yaitu 66,63%. Penurunan dipengaruhi oleh penurunan total liabilitas sebesar 7,37% yang dikarenakan penurunan terbesar bersumber dari hutang pihak ketiga yaitu turun 2,04% dan dari hutang bank turun 56,85% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

C.     RasioAktivitas
1.      Inventory Turn Over
Tahun 2012 = 2,58 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2012 yaitu 2,58 kali atau 3 kali.

Tahun 2013 = 3,02 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2013 yaitu 3,02 kali atau 3 kali.
Tahun 2014 = 3,23 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2014 yaitu 3,23 kali atau 3 kali.

Inventory turn over PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,44 kali dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 0,21 kali. Peningkatan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 17,18% yang dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan yang besar yaitu 17,5%. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

2.      Average Days Inventory
Tahun 2012 = 140 hari
Jadi rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 140 hari.

Tahun 2013 = 119 hari
Jadi rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 119 hari.

Tahun 2014 = 111 hari
Jadi rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 111 hari.

Average day inventory PT KALBE FARMA Tbk. mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 21 hari dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 8 hari. Peningkatan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 17,18% yang dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan yang besar yaitu 17,5%. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.


D.    Rasio Profitabilitas
1.      Gross Profit Margin
Tahun 2012 = 47,91%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4791.

Tahun 2013 = 47,99%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4799.

Tahun 2014 = 48,80%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4880.

Gross profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,8% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 0,81%. Kenaikan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto sebesar 17,54% yang diikuti dengan kenaikan penjualan yang baik yaitu 17,35%. Kenaikan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto juga sebesar 10,37% dan penjualan yang tidak terpaut jauh kenaikannya yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

2.      Operating Profit Margin
Tahun 2012 = 16,93%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1693 pada operating income.

Tahun 2013 = 16,08%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1608 pada operating income.


Tahun 2014 = 15,91%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1591 pada operating income.

Operating profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,85% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,17%. Penurunan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan yang signifikan dari beban penjualan sebesar 18,38% dan kenaikan beban penelitian dan pengembangan sebesar 49,18% untuk peningkatan penjualan. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan beban penjualan yaitu 10,40% yang besar daripada penjualannya yang hanya meningkat 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

3.      Net Profit Margin
Tahun 2012 = 13,02%
Artinya berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 13,02% dari volume penjualan.

Tahun 2013 = 12,31%
Artinya berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,31% dari volume penjualan.

Tahun 2014 = 12,21%
Artinya berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,21% dari volume penjualan.

Net profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,71% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan 0,1%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pajak penghasilan yaitu 12,98%. Penurunan pada tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan pajak penghasilan yaitu 6,73% dan juga kenaikan beban umum dan administrasi yaitu 17,88% yang tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan yang hanya 8,54% saja jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
4.      Total Assets Turn Over
Tahun 2012 = 1,45 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,45 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Tahun 2013 = 1,41 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,41 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Tahun 2014 = 1,40 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,40 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Total assets turn over PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 3,37% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,63%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh penjualan yang kurang maksimal yang terlihat hanya naik 17,5% sedangkan kenaikan aset mencapai 20,14%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan yang kurang baik yaitu hanya 8,54% dan juga kenaikan aset yang rendah juga yaitu 9,81% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

5.      Return on Investment
Tahun 2012 =18,85%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1885 dalam bentuk laba.

Tahun 2013 = 17,41%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1741 dalam bentuk laba

Tahun 2014 = 17,07%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1707 dalam bentuk laba

Return on investment PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 1,44% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,34%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan asset yang tinggi yaitu 20,14% yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan setelah pajak yaitu hanya 11,01%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kurang baiknya kenaikan aset yang hanya 9,81% dan juga kenaikan pendapatan setelah pajak yang kurang baik juga yaitu hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

6.      Return on Equity
Tahun 2012 = 24,08%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2408.

Tahun 2013 = 23,18%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2318.

Tahun 2014 = 21,61%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2161.

Return on equity PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,9% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,57%. Penurunan dipengaruhi oleh peningkatan ekuitas perusahaan yaitu 15,31% namun tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan setelah pajak yang hanya 11,01%. Penurunan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan yang semakin baik dari ekuitas perusahaan yaitu 15,50% namun peningkatan pendapatan setelah pajak hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.


BAB IV
PENUTUP

Setelah kami analisis laporan keuangan PT Kalbe Farma Tbk. kami dapat menyimpulkan bahwa kondisi keuangannya cukup baik dan kondisi perusahaan dalam keadaan sehat. Namun dilihat dari laporan laba rugi dan neraca kondisi perkembangan tahun 2012 ke tahun 2013 lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan tahun 2013 ke tahun 2014.























LAMPIRAN
RASIO Rumus Tahun
2012 2013 2014
Rasio Likuiditas 1. Current Ratio                                          Current Assetes                                             Rp  6,441,710,544,081 = 340.54%  Rp  7,497,319,451,543  =  283.93%  Rp  8,120,805,370,192  =  340.36%
    Current Liabilities  Rp  1,891,617,853,724
   Rp  2,640,590,023,748
   Rp  2,385,920,172,489
 
       
   
   
 
  2. Quick Acid Ratio                                   Current Assets - Inventory                       Rp 4,326,226,777,171 = 228.71%  Rp 4,443,824,937,692  =  168.29%  Rp 5,030,261,219,037  =  210.83%
    Current Liabilities  Rp 1,891,617,853,724
   Rp 2,640,590,023,748
   Rp 2,385,920,172,489
 
                       
Rasio Solvabilitas 1. Debt Ratio                                               Total Liabilities                                             Rp 2,046,313,566,061 = 21.73%  Rp 2,815,103,309,451  =  24.88%  Rp  2,607,556,689,283  =  20.99%
    Total Assets  Rp 9,417,957,180,958
   Rp11,315,061,275,026
   Rp12,425,032,367,729
 
       
   
   
 
  2. Debt To Equity Ratio                           Total Liabilities                                             Rp 2,046,313,566,061 = 27.76%  Rp 2,815,103,309,451  =  33.12%  Rp  2,607,556,689,283  =  26.56%
    Total Equity  Rp 7,371,643,614,897
   Rp 8,499,957,965,575
   Rp  9,817,475,678,446
 
                       
Rasio Aktivitas 3. Inventory Turn Over                           Cost Of Goods Sold                                      Rp 7,102,971,372,126 = 2.58  Rp 8,323,017,600,990  =  3.02  Rp  8,892,737,389,731  =  3.23
    Average Inventory  Rp 2,753,174,143,972
   Rp 2,753,174,143,972
   Rp  2,753,174,143,972
 
       
   
   
 
  4. Average days inventory                    Average Inventory x 360                            Rp 991,142,691,829,920 = 140  Rp 991,142,691,829,920  =  119  Rp 991,142,691,829,920  =  111
    Cost Of Goods Sold  Rp     7,102,971,372,126
   Rp    8,323,017,600,990
   Rp     8,892,737,389,731
 
                       
Rasio Profitabilitas 1. Gross Profit Margin                             Net Sales - COGS                                          Rp    6,533,433,806,831 = 47.91%  Rp 7,679,113,456,058  =  47.99%  Rp  8,475,795,157,827  =  48.80%
    Sales  Rp  13,636,405,178,957
   Rp16,002,131,057,048
   Rp17,368,532,547,558
 
     

 

 

 
  2. Operating Profit Margin                  Operating Profit                                           Rp   2,308,017,092,492 = 16.93%  Rp   2,572,522,717,231  =  16.08%  Rp  2,763,700,548,048  =  15.91%
    Sales  Rp 13,636,405,178,957
   Rp 16,002,131,057,048
   Rp17,368,532,547,558
 
     

 

 

 
  3. Net Profit Margin                               Net Profit After Tax                                    Rp 1,775,098,847,932 = 13.02%  Rp  1,970,452,449,686  =  12.31%  Rp   2,121,090,581,630  =  12.21%
    Sales  Rp13,636,405,178,957
   Rp16,002,131,057,048
   Rp 17,368,532,547,558
 
     

 

 

 
  4. Total Assets Turn Over                     Sales                                                                 Rp 13,636,405,178,957 = 1.45  Rp 16,002,131,057,048  =  1.41  Rp 17,368,532,547,558  =  1.40
    Total Assets  Rp  9,417,957,180,958
   Rp 11,315,061,275,026
   Rp 12,425,032,367,729
 
     

 

 

 
  6. Return on Investment                      Earnings After Tax                                       Rp  1,775,098,847,932 = 18.85%  Rp   1,970,452,449,686  =  17.41%  Rp   2,121,090,581,630  =  17.07%
    Total Assets  Rp  9,417,957,180,958
   Rp 11,315,061,275,026
   Rp 12,425,032,367,729
 
     

 

 

 
  7. Return on Equity                                 Earning After Tax                                         Rp  1,775,098,847,932 = 24.08%  Rp  1,970,452,449,686  =  23.18%  Rp 2,121,090,581,630  =  21.61%
    Stokeholders Equity  Rp 7,371,643,614,897
   Rp  8,499,957,965,575
   Rp 9,817,475,678,446
 
                       































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar