ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT KALBE FARMA Tbk.
Disusun oleh :
Arsi Rismaya (134020131)
Kiki Rusyanti (134020133)
Cahya Mulyawati (134020134)
Adhynda Puspita APS (134020149)
Yuni Safitri (134020152)
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan Bandung
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................
1
A. Latar
Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Tujuan
................................................................................................................ 2
C. Manfaat
............................................................................................................. 2
D. Rumusan
Masalah ............................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
.................................................................. 3
A. PT
Kalbe Farma Tbk........................................................................................ 3
1. Sejarah
dan Perkembangan PT Kalbe Farma Tbk. ................................ 3
2. Visi
dan Misi ............................................................................................... 5
3. Jenis
Obat yang diproduksi ........................................................................ 6
4. Divisi............................................................................................................ 7
B. Metode
Analisis..................................................................................................
8
1. Year
to Year Change Analysis.....................................................................
8
2. Commonsize
Analysis.................................................................................. 8
3. Index-Number
Trend Analysis.................................................................... 10
4. Rasio……………........................................................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN
.................................................................................................. 18
A. Rasio
Likuiditas ................................................................................................ 18
1. Current
Ratio
.............................................................................................. 18
2. Quick
Acid Ratio ......................................................................................... 18
B. Rasio
Solvabilitas.............................................................................................. 19
1. Debt
Ratio .................................................................................................... 19
2. Debt
to Equity Ratio .................................................................................... 20
C. Rasio
Aktivitas .................................................................................................. 20
1. Inventory
Turn Over .................................................................................... 20
2.
Average
Days Inventory ............................................................................. 21
D.
Rasio
Profitabilitas ........................................................................................... 22
1.
Gross
Profit Margin .................................................................................... 22
2.
Operating
Profit Margin ............................................................................. 22
3.
Net
Profit Margin ........................................................................................ 23
4.
Total
Assets Turn Over ............................................................................... 24
5.
Return
on Investment .................................................................................. 24
6.
Return
on Equity .......................................................................................... 25
BAB
IV PENUTUPAN ......................................................................................................... 26
LAMPIRAN
.......................................................................................................................... 27
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Analisi
laporan keuangan adalah suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh
suatu perusahaan, tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
pemilik dan manajemen yaitu:
1. Pemilik
perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya.
2. Pemilik
menginginkan usaha yang dijalankan tidak hanya untuk satu periode kegiatan
saja.
3. Perusahaan
tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa
untuk kepentingan masyarakat umum.
4. Usaha
yang dijalankan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada
dalam lingkungan perusahaan maupun dilingkungan luar perusahaan.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, manajemen perusahaan harus mampu
membuat perencanaan yang tepat dan akurat, pelaksanaan di lapangan dilakukan
secara baik dan benar sesuai dengan rencana yang telah disusun, manajemen harus
mampu mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha yang dijalankannya apabila
terjadi penyimpangan. Agar usaha yang dijalankan dapat dipantau
perkembangannya, setiap perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan dan
laporan terhadap semua kegiatan usahanya. Catatan, pembukuan, dan laporan
dibuat baik dalam suatu periode tertentu.
Pemilik dan manajemen harus mengetahui berapa uang yang keluar dan masuk
ke perusahaan dalam suatu periode tertentu dan perincian penggunaan. Catatan
keuangan selama periode tertentu dibuat dalam bentuk laporan keuangan. Untuk
mampu membaca, mengerti dan memahami arti laporan keuangan, perlu dianalisis
terlbeih dahulu dengan berbagai alat analisis yang biasa digunakan. Dengan
menggunakan alat analisis ini dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan
dengan keuangan dan kemajuan perusahaan.
B.
Tujuan
Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk menganalis laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk dengan
menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
C.
Manfaat
Memberikan
informasi tentang perkembangan PT Kalbe Farma Tbk. kepada pihak-pihak yang
berkepentingan seperti kreditor, investor, calon investor, dan masyarakat
lainnya yang ingin mengetahui informasi perusahaan.
D.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana analisis rasio likuiditas?
2. Bagaimana analisis rasio
solvabilitas?
3. Bagaimana analisis rasio aktivitas?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. PT
Kalbe Farma Tbk.
1. Sejarah
dan Perkembangan PT Kalbe Farma Tbk.
PT. Kalbe Farma
merupakan salah satu industri farmasi di Indonesia didirikan pada tanggal 10
September 1966 oleh Dr. B. Setiawan yang kemudian mengambil gelar Ph.D. di
bidang farmakologi. Keinginannya untuk mendirikan perusahaan ini didorong oleh
rasa ingin ikut mengambil bagian dalam pembanguna nasional, terutama dalam
usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pelayanan pengobatan yang
baik.
Perusahaan yang
didirikannya, pertama kali berdiri di Jl. Simpang 1/1 Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Aktivitas produksinya baru dimulai pada tahun 1967 dengan produksi yang
terbatas hanya pada jenis obat sirup. Seiring dengan perkembangan tersebut,
ternyata lokasi yang terletak di Tanjung Priok tidak mungkin lagi untuk
dilakukan pengembangan lebih lanjut. Maka pada tahun 1970 pusat kegiatan
dipindahkan ke lokasi yang baru di Jl. Ahmad Yani, yaitu di kawasan Pulo Mas,
Jakarta Timur. Pada tahun 1974 jaringan PT. Kalbe Farma telah menguasai pasar
di seluruh wilayah Indonesia dengan kekuatan penjualan produk PT. Kalbe Farma.
Pada
pertengahan tahun 1997, PT. Kalbe Farma berpindah lokasi di kawasan Industri
Delta Silikon, Jl. M.H Thamrin Blok A3-1 Lippo Cikarang, Bekasi 17550 dengan PO
BOX 371 Bekasi 17073, Indonesia No. Telepon (021) 89907333-37 dan Faks (021)
8972874. PT. Kalbe Farma juga mempunyai website dengan alamat http :
//www.kalbe.co.id atau www.kalbefarma.com.
Pabrik baru PT.
Kalbe Farma Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2 dengan luas bangunan
sekitar 41.027 m2 dibagi menjadi sarana produksi yang terdiri dari
gedung kantor, gedung produksi dan teknik, gudang dan sarana pendukung lain
seperti tempat pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, kantin dan city
water.
Pada tanggal 15 Agustus 1974, PT. Kalbe Farma memperoleh
status Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) atau perusahaan yang menanamkan
modal untuk kemajuan industri, sesuai dengan keputusan The Investment CoordinationBoard No. 352/4/BKPM/74/PMDN. Pada Tahun
1974 PT. Kalbe Farma mendirikan gedung perkantoran, kemudian pada tahun 1978
didirikan gedung SPNS (Solid Product Non
Steril). Gedung ini bertingkat tiga, baru pada tahun 1985 dilakukan
rekontruksi menjadi bertingkat enam.
Sebagian besar kegiatan berlangsung di bagian R&D,
QA, PPIC dan produksi. Pada tahun 1988 mulailah dikembangkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) yang harus diterapkan oleh seluruh industri farmasi di
Indonesia, sejalan dengan dikeluarkannya Surat Menteri Kesehatan RI No.
43/MENKES/SKII/1988. Oleh karena itu, dalam rangka penerapan CPOB serta untuk
meningkatkan kapasitas produksi sebanyak tiga kali lipat, sejak tahun 1994
dibangun suatu plant baru di daerah kompleks industri Delta Silicon, Lippo
Cikarang, Bekasi, Jawa Barat sesuai dengan progam pemerintah. Pabrik baru
tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya
sertifikat ISO 9001. Hingga kini PT. Kalbe Farma telah melakukan upgrade dan
memperoleh pengakuan ISO 9001 versi tahun 2000 yang lebih menekankan pada
kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dan perbaikan yang
berkesinambungan. Dalam rangka peningkatan standar kualitas secara keseluruhan,
pada bulan Oktober tahun 2004 PT. Kalbe Farma akan mulai menerapkan integrated
system untuk memenuhi persyaratan ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001.
Hingga saat ini, PT. Kalbe Farma tetap merupakan produsen
terbesar di pasaran dalam negeri, baik untuk produk Ethical (obat dengan resep dokter) maupun produk OTC (Over The Counter). Selain melayani
pasar dalam negeri, sejak tahun 1988 produk-produk dari PT. Kalbe Farma sudah
diekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam,
Srilanka, Nigeria, Myanmar dan lain lain.
Selain itu juga terdapat dasar-dasar dari Kalbe Farma
yang disebut sebagai Kalbe Panca Srhada, yaitu :
a. Trust is the glue of life
(Kepercayaan adalah perekat di antara kami)
b. Mindfullness is the foundation of our
action (Kesadaran penuh adalah dasar dari
setiap tindakan kami)
c. Innovation is the key to our success
(Inovasi adalah kunci dari keberhasilan kami)
d. Strive to be the best
(Bertekad menjadi yang terbaik)
e.
Interconnectedness
is universal a way of our life (Saling
keterkaitan adalah panduan hidup kami)
Seiring
dengan pengembangan zaman, pada saat ini
PT. Kalbe Farma telah mendapatkan ISO 9001 sebagai wujud nyata terhadap
pengendalian dan pengawasan mutu produk yang dihasilkan. Di samping itu PT.
Kalbe Farma Tbk. Telah menggalakan suatu program manajemen yang diberlakukan
kepada segenap sumber daya manusianya yang bertujuan untuk mengarahkan sumber
daya manusia tersebut kepada pelayanan yang berbasis pada keunggulan mutu dan
kepuasan pelanggan, guna tetap mengukuhkan kedudukan dan tetap mengeksiskan PT.
Kalbe Farma Tbk di tengah persaingan dalam dunia farmasi saat ini.
Hingga saat ini produk Kalbe farma yang telah beredar di
pasaran mencapai kurang lebih 300 macam produk, diantaranya menghasilkan produk
under licensed yang merupakan hasil kerjasama dengan berbagai produsen yang ada
di luar negeri, diantaranya :
a. Daiichi
(Jepang) untuk Cravit tablet dan injeksi, dan sebagainya
b. Schering (USA)
untuk Lesidas dan sebagainya
Agar produksi berjalan, maka produk yang dihasilkan harus
didukung oleh sistem distribusi pemasaran yang baik dan tersebar luas. Untuk
menunjang kelancaran produksi dan distribusi ini, PT. Kalbe Farma mempunyai
distributor tunggal yaitu PT. Enseval Putra Magatranding yang mempunyai
beberapa cabang yang tersebar luas di Indonesia yaitu : Jakarta, Bandung,
Surabaya, Semarang, Denpasar, Medan, Padang, Palembang, Manado, Banjarmasin,
Samarinda, Ujung Pandang, dan
lain-lain.
2. Visi dan Misi
Kalbe Farma
mempunyai visi dan misi untuk tetap memproduksi produk-produk kesehatan yang
menjadi dan menjangkau permintaan pasar secara menyeluruh demi memenuhi
kebutuhan beragam konsumen tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga
internasional (untuk ekspor). Kesuksesan yang berlanjut akan membantu pemegang
saham dan masyarakat untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Misi dari Kalbe
Farna yaitu “To Improve Health For A
Better Life”. Sedangkan Visi Kalbe Farma yaitu “To Be The Best Indonesian Health Care Company, Driven By Innovation,
Strong Brands And Excellent Management”.
3. Jenis Obat yang Diproduksi
PT Kalbe Farma
Tbk. juga berhasil memposisikan merek produknya menjadi brand leader pada
masing-masing kategori terapi dan segmen industri di Indoensia serta luar
negeri. Produk-produk andalannya dalam industri ini meliputi Promag, Mixagrip,
Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss.
Berbagai macam
jenis obat yang diproduksi di PT. Kalbe Farma Tbk., berikut ini beberapa jenis
obat yang diproduksi :
a. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang
mengandung satu unit dosis lazim dengan suatu macam bahan aktif atau lebih
tergantung tujuan yang ingin dicapai. Tablet bisa berbentuk bulat, datar, atau
bikonvek yang dibuat dengan pengompresan zat aktif atau campuran zat aktif
dengan atau tanpa bahan pengisi/tambahan.
b. Tablet salut
Tablet salut
adalah tablet yang dilapisi oleh suatu zat penyalut, dengan berbagai alasan
misalnya saja untuk meningkatkan stabilitas obat, menutupi rasa obat yang tidak
enak, menghindaari penguapan zat atau bahan dalam tablet, memperbaiki
penampilan tablet, merupakan identifikasi dari produk psbrik obst tertentu.
c. Cream
Cream adalah sediaan setengah padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam larutan yang sesuai.
d. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang, keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
e. Injeksi/Ampul
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil
adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang.
f. Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air
dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi,
dan zat obat.
4.
Divisi
Grup Kalbe menangani beberapa
portofolio merek untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan
nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi.
Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu:
a. SBU
Pharmaceutical (divisi obat resep (kontribusi 25%))
1)
PT
Kalbe Farma Tbk
2)
PT
Hexpharm Jaya
3)
PT
Dankos Farma
4)
PT
Finusolprima
5)
Kalbe
Vision Private Limited (Pte., Ltd.)
6)
Innogene
Kalbiotech Pte., Ltd
b. SBU
Consumer Health (divisi produk kesehatan (kontribusi 17%))
1)
Kalbe
OTC
3)
PT
SakaFarma Lab.
4)
PT
Hale International
5)
Kalbe
International Pte., Ltd
c. SBU
Nutritionals (divisi nutrisi (kontribusi 22%))
2)
PT
Kalbe Morinaga Indonesia
d. SBU
Distribution & Logistik (divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%))
1)
PT
Enseval Putra Megatrading. Tbk
2)
PT
Enseval Medika Prima
3)
PT
Milenia Dharma Insani
Selain di Indonesia, Kalbe memiliki
10 cabang di luar negeri yaitu negara-negara ASEAN (Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar), Srilanka, Nigeria, dan Afrika Selatan.
B.
Metode Analisis
1. Year to Year Change Analysis
Pada year-to-year change
analysis, analis ini menggunakan data pada periode pendek, dua atau tiga
tahun. Keuntungan metode ini adalah kemudahan untuk mengelola dan memahami data
(manageable and understandable). Analisis pendekatan year to year change analysis termasuk ke
dalam analisis komparatif atau comparative
financial statement analysis bersama dengan index-number trend analysis.
Pada comparative financial statement analysis, analis keuangan
menggunakan data balance sheet, income statement, dan cash flow statement dari
beberapa periode. Umumnya metode ini digunakan untuk mengetahui individual
account balance dari waktu ke waktu. Hasil analisis dengan metode
komparatif ini berupa trend. Perbandingan data keuangan tersebut akan
menunjukkan arah, kecepatan, dan lama terjadinya trend keuangan. Misalnya,
analis ingin mengetahui peningkatan piutang dari waktu ke waktu.
2.
Commonsize Analysis
Analisis common-size adalah teknik analisis
yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan)
tertentu sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang
sama.
Tujuan analisis
common-size adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
a.
Komposisi dan proporsi investasi pada setiap
jenis aktiva.
b.
Struktur modal dan pendanaan.
c.
Distribusi hasil penjualan pada biaya dan
laba.
Penyajian dalam bentuk common size akan
mempermudah pembaca menganalisis laporan keuangan dengan memperhatikan
perubahan perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Persentase
per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
a.
Elemen2 Aktiva =
Elemen ybs / Total Aktiva
b.
Elemen2 Pasiva =
Elemen ybs / Total Pasiva
c.
Elemen2
Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan
Laporan dengan persentase per komponen
menunjukan persentase dari total aktiva yang telah diinvestasikan dalam
masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan dengan persentase ini
dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagai keseluruhan dari
perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah investasi kita dalam suatu
aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku (over investment) atau justru masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk
periode berikutnya kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu,
agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu
besar.
Laporan dengan cara ini juga menunjukan
distribusi daripada hutang dan modal, jadi menunjukan sumber-sumber darimana
dana yang diinvestasikan pada aktiva tersebut. Study tentang ini akan menunjukan
sumber mana yang merupakan sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan
menunjukan seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh
kredit dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga/diketahui berapa
besarnya margin of safety yang
dimiliki oleh para kreditur.
Persentase per komponen yang terdapat
pada neraca akan merupakan persentase per komponen terhadap total aktiva,
sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahunnya akan menunjukan
trend daripada hubungan (trend of
relationship), dan tidak menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut.
Perubahan ini dapat dilihat jika dikembalikan pada data absolutnya. Jadi
perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan secara pasti adanya perubahan
dalam data absolut.
Laporan dalam persentase per komponen
dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba, menunjukan jumlah atau persentase
dari penjualan netto atau net sales
yang diserap tiap - tiap individu biaya dan persentase yang masih tersedia
untuk income. Oleh karena itu Common Size percentage analysis banyak
digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara
penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak
digunakan.
Dalam laporan persentase per komponen (Common Size statement) semua komponen
atau pos dihitung persentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih
meningkatkan atau menaikan mutu atau kualitas data maka masing-masing pos atau
komponen tersebut tidak hanya persentase dari jumlah totalnya tetapi juga
dihitung persentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya
komponen aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan persentasenya terhadap
jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan
sebagainya.
3.
Index-Number
Trend Analysis
Pada index-number trend analysis, analis melakukan perbandingan
trend dalam jangka panjang. Pada metode ini, analis perlu menentukan periode
dasar (basis period) bagi seluruh item account yang diperbandingkan dan
menetapkan angka 100 sebagai dasar perhitungan. Untuk itu, penentuan periode
dasar harus mempertimbangkan kondisi bisnis, apakah normal atau abnormal. Karena
tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah
tahun dimana kondisi bisnis normal.
4. Rasio
1. Rasio
Likuiditas
Rasio likuiditas
merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan membayar semua
kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya
mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
a.
Current
Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga
kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Current Ratio
= Current Assets
Current Liabilities
Current Liabilities
b.
Quick
Acid Ratio
Quick
acid ratio adalah sebuah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya.
Yang termasuk ke dalam rasio lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan
cepat diubah dalam bentuk kas,
termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang
dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima.
Persediaan
barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva lancar, karena
persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi kas.
Quick acid ratio
dapat dihitung dengan formula:
Quick Acid Ratio = Current Assets-Inventory
Current Liabilities
Current Liabilities
2. Rasio
Solvabilitas
Solvabilitas
suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi.
Suatu
perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva
atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula
sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar
hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri
(2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
a. Debt Ratio
Rasio
ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga
rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut
Sawir (2008:13) debt ratio merupakan
rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung
dengan rumus:
Debt Ratio = Total Liabilities
Total Assets
Total Assets
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara
proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan
semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio
kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Sebaliknya
apabila debt ratio semakin kecil maka
hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko
financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio
hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio
leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari
hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono,
2002:12).
Struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar
hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari
mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan
lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang
(hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Rasio hutang modal dihitung dengan
formula:
Debt to Equity Ratio = Total Liabilities
Total Equity
Total Equity
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil
rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio
terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
3. Rasio
Aktivitas
Rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
a.
Inventory
Turn Over
Perputaran persediaan adalah cara untuk
mengetahui berapa kali dalam suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual
persediaannya. Perusahaan-perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk
menilai kemampuan mereka dalam menghadapi persaingan, merencanakan laba usaha,
dan secara umum mengetahui seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan
perusahaan mereka.
Perputaran persediaan dapat diukur
dengan rumus :
Inventory
Turn Over = Cost of Goods Sold
Average Inventory
Average Inventory
b.
Average
days inventory
Average days inventory
digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan
berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
Average
days inventory = Average Inventory x 360
Cost of Goods Sold
Cost of Goods Sold
4. Rasio
Profitabilitas
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan
gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan
operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan
terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio
rentabilitas.
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri,
2008:304).
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
a. Gross Profit Margin
Gross
profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross
profit margin merupakan persentase laba kotor
dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin
baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok
penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi
perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
Gross profit margin
dihitung dengan formula:
Gross Profit Margin = Net Sales - Cost of Goods Sold
Sales
Sales
b. Operating Profit Margin
Operating profit margin
ialah perbandingan antara laba usaha dan juga penjualan. Operating profit
margin adalah rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut dengan pure
profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.
Syamsuddin, 2009.
Operating Profit Margin dihitung
dengan formula:
Operating Profit Margin = Operating Profit
Sales
Sales
c. Net Profit Margin
Rasio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net
profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin
dihitung dengan rumus:
Net
Profit Margin = Net Profit after Tax
Sales
Sales
d. Total Assets Turn Over
Asset turnover
ratio (ATO) atau disebut juga rasio
perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan
efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam
memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan
penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio
perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset
yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah
menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan
optimal. Asset turnover ratio merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont.
Total Assets Turn Over dapat dihitung dengan rumus:
Total Assets Turn Over = Sales
Total Assets
Total Assets
e. Return on Investment
Return
on investment merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam
perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi
rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment
merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment
dihitung dengan rumus:
Return on Investment
= Earning after Tax
Total Assets
Total Assets
f. Return on Equity
Return
on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran
dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
(baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang
mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return
on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan
rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Return on equity
dapat dihitung dengan formula:
Return on Equity = Earning after tax
Stokeholder Equity
Stokeholder Equity
BAB III
PEMBAHASAN
A. Rasio
Likuiditas
1.
Current
Ratio
Tahun 2012 = 340,54%
CR = 3,4:1 berarti
bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang
lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.
Tahun
2013 = 283,93%
CR
= 2,8:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 2,8 kali jumlah hutang lancar. Jadi
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 2,8 aset lancar.
Tahun
2014 = 340,36%
CR
= 3,4:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.
Current
ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun
2012 ke 2013 sekitar 56,61% dan pada
tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 56,43%.
Penurunan di tahun 2013 dipengaruhi oleh penurunan kas dan setara kas
sekitar 23,29% dan kenaikan hutang bank sebesar 185,83%. Kenaikan 2014
dipengaruhi oleh kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82%, penurunan hutang
bank sebesar 56,85% dan terlihat penurunan pada total liabilitas jangka pendek
sebesar 9,64% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
2.
Quick
Acid Ratio
Tahun 2012 = 228,71%
QR = 2,3:1 berarti
bahwa jumlah Quick Assets atatu Current Assets minimum persediaan adalah 2,3
kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 2,3 Quick Assets.
Tahun 2013 = 168,29%
QR = 1,7:1 berarti
bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah
1,7 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 1,7 Quick Assets.
Tahun 2014 = 210,83%
QR = 2,1:1 berarti
bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah
2,1 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 2,1 Quick Assets.
Quick
acid ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun
2012 ke 2013 sekitar 60,42% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar
42,54%. Penurunan di tahun 2013 dipengaruhi karena besarnya kenaikan persediaan
sebesar 44,34%. Kenaikan di tahun 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya kenaikan
persediaan sebesar 1,21% dan besarnya kenaikan kas dan setara kas sebesar
32,82% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
B. Rasio
Solvabilitas
1.
Debt
Ratio
Tahun 2012 = 21,73%
DR = 0,22 berarti bahwa
jumlah hutang 0,22 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan bersumber 21,73% dari modal kreditur.
Tahun 2013 = 24,88%
DR = 0,25 berarti bahwa
jumlah hutang 0,25 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan bersumber 24,88% dari modal kreditur.
Tahun 2014 = 20,99%
DR = 0,21 berarti bahwa
jumlah hutang 0,21 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan bersumber 20,99% dari modal kreditur.
Debt ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami
kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 3,15% dan pada tahun 2014 mengalami
penurunan sekitar 3,89%. Kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan total hutang yang
cukup tinggi sebesar 37,57% yang terbesar bersumber dari kenaikan hutang bank
yaitu 185,83%. Penurunan di tahun 2014 dipengaruhi oleh penurunan total hutang
sebesar 7,37% terlihat pada penurunan hutang bank yang signifikan sebesar
56,85% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
2.
Debt
to Equity Ratio
Tahun 2012 = 27,76%
DER = 0,28 berarti
bahwa jumlah hutang 0,28 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta
perusahaan bersumber 27,76% dari modal
sendiri.
Tahun
2013 = 33,12%
DER = 0,33 berarti
bahwa jumlah hutang 0,33 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta
perusahaan bersumber 33,12% dari modal
sendiri.
Tahun 2014 = 26,56%
DER = 0,27 berarti
bahwa jumlah hutang 0,27 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta
perusahaan bersumber 26,56% dari modal
sendiri.
Debt
to Equity Ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 5,36% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
sekitar 6,56%. Kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan total ekuitas sebesar 15,31% yang
bersumber terbesar dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yaitu
66,63%. Penurunan dipengaruhi oleh penurunan total liabilitas sebesar 7,37%
yang dikarenakan penurunan terbesar bersumber dari hutang pihak ketiga yaitu
turun 2,04% dan dari hutang bank turun 56,85% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
C. RasioAktivitas
1.
Inventory
Turn Over
Tahun 2012 = 2,58 kali
Jadi perputaran
persediaan dalam tahun 2012 yaitu 2,58 kali atau 3 kali.
Tahun 2013 = 3,02 kali
Jadi perputaran
persediaan dalam tahun 2013 yaitu 3,02 kali atau 3 kali.
Tahun 2014 = 3,23 kali
Jadi perputaran
persediaan dalam tahun 2014 yaitu 3,23 kali atau 3 kali.
Inventory
turn over PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan dari tahun
2012 ke 2013 sekitar 0,44 kali dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar
0,21 kali. Peningkatan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok
penjualan sebesar 17,18% yang dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan
yang besar yaitu 17,5%. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban
pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu
8,54% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
2.
Average
Days Inventory
Tahun 2012 = 140 hari
Jadi rata-rata
persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 140 hari.
Tahun 2013 = 119 hari
Jadi rata-rata
persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 119 hari.
Tahun 2014 = 111 hari
Jadi rata-rata
persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 111 hari.
Average
day inventory PT KALBE FARMA Tbk. mengalami peningkatan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 21 hari dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan
sekitar 8 hari. Peningkatan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok
penjualan sebesar 17,18% yang dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan
yang besar yaitu 17,5%. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban
pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu
8,54% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
D. Rasio
Profitabilitas
1.
Gross
Profit Margin
Tahun 2012 = 47,91%
Artinya bahwa setiap Rp
1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4791.
Tahun 2013 = 47,99%
Artinya bahwa setiap Rp
1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4799.
Tahun 2014 = 48,80%
Artinya bahwa setiap Rp
1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4880.
Gross
profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami kenaikan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,8% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan
sekitar 0,81%. Kenaikan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto sebesar
17,54% yang diikuti dengan kenaikan penjualan yang baik yaitu 17,35%. Kenaikan
tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto juga sebesar 10,37% dan
penjualan yang tidak terpaut jauh kenaikannya yaitu 8,54% jika dilihat dari
persentase year to year change analysis.
2.
Operating
Profit Margin
Tahun 2012 = 16,93%
Artinya setiap Rp 1
dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1693 pada operating income.
Tahun 2013 = 16,08%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan,
perusahaan menghasilkan Rp 0,1608 pada operating income.
Tahun 2014 = 15,91%
Artinya setiap Rp 1
dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1591 pada operating income.
Operating
profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,85% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
sekitar 0,17%. Penurunan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan yang signifikan
dari beban penjualan sebesar 18,38% dan kenaikan beban penelitian dan
pengembangan sebesar 49,18% untuk peningkatan penjualan. Penurunan tahun 2014
dipengaruhi oleh kenaikan beban penjualan yaitu 10,40% yang besar daripada
penjualannya yang hanya meningkat 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
3.
Net
Profit Margin
Tahun 2012 = 13,02%
Artinya berarti bahwa
laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 13,02% dari volume
penjualan.
Tahun 2013 = 12,31%
Artinya berarti bahwa
laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,31% dari volume
penjualan.
Tahun 2014 = 12,21%
Artinya berarti bahwa
laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,21% dari volume
penjualan.
Net
profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 0,71% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
0,1%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pajak
penghasilan yaitu 12,98%. Penurunan pada tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan
pajak penghasilan yaitu 6,73% dan juga kenaikan beban umum dan administrasi yaitu
17,88% yang tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan yang hanya 8,54% saja
jika dilihat dari persentase year to year
change analysis.
4.
Total
Assets Turn Over
Tahun 2012 = 1,45 kali
Artinya perusahaan
mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,45 kali dari total aktiva yang dimiliki.
Tahun 2013 = 1,41 kali
Artinya perusahaan
mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,41 kali dari total aktiva yang dimiliki.
Tahun 2014 = 1,40 kali
Artinya perusahaan
mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,40 kali dari total aktiva yang dimiliki.
Total
assets turn over PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 3,37% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
sekitar 1,63%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh penjualan yang kurang
maksimal yang terlihat hanya naik 17,5% sedangkan kenaikan aset mencapai
20,14%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan yang kurang
baik yaitu hanya 8,54% dan juga kenaikan aset yang rendah juga yaitu 9,81% jika
dilihat dari persentase year to year change
analysis.
5.
Return
on Investment
Tahun 2012 =18,85%
Artinya jadi setiap
yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1885 dalam bentuk
laba.
Tahun 2013 = 17,41%
Artinya jadi setiap
yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1741 dalam bentuk
laba
Tahun 2014 = 17,07%
Artinya jadi setiap
yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1707 dalam bentuk
laba
Return
on investment PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan
dari tahun 2012 ke 2013 sekitar 1,44% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan
sekitar 0,34%. Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan asset yang
tinggi yaitu 20,14% yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan setelah
pajak yaitu hanya 11,01%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kurang baiknya
kenaikan aset yang hanya 9,81% dan juga kenaikan pendapatan setelah pajak yang
kurang baik juga yaitu hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
6.
Return
on Equity
Tahun 2012 = 24,08%
Artinya kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan
menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2408.
Tahun 2013 = 23,18%
Artinya kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan
menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2318.
Tahun 2014 = 21,61%
Artinya kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan
menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2161.
Return
on equity PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun
2012 ke 2013 sekitar 0,9% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar
1,57%. Penurunan dipengaruhi oleh peningkatan ekuitas perusahaan yaitu 15,31%
namun tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan setelah pajak yang hanya 11,01%.
Penurunan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan yang semakin baik dari
ekuitas perusahaan yaitu 15,50% namun peningkatan pendapatan setelah pajak
hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
BAB IV
PENUTUP
Setelah
kami analisis laporan keuangan PT Kalbe Farma Tbk. kami dapat menyimpulkan
bahwa kondisi keuangannya cukup baik dan kondisi perusahaan dalam keadaan
sehat. Namun dilihat dari laporan laba rugi dan neraca kondisi perkembangan
tahun 2012 ke tahun 2013 lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan tahun
2013 ke tahun 2014.
LAMPIRAN
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||